Sabtu, 27 April 2019

RATUSAN WARGA BEREBUT GUNUNGAN MERTI DESA DI NGIMBRANG

RATUSAN WARGA BEREBUT GUNUNGAN 
MERTI DESA DI NGIMBRANG



Ratusan warga desa Ngimbrang kecamatan Bulu Temanggung berebut berkah dari 3 gunungan palawija dan hasil bumi yang telah dikirapkan menuju lapangan desa. 

Kegiatan dilaksanakan Jumat 26 April 2019 dalam serangkaian acara Merti Desa sebagai tradisi budaya yang dilakukan neneo moyangnya sejak ratusan tahun silam.


Acara Merti Desa didahului dengan Tahlil Qubra di makam Jaro dimana simbah kay Soko bersemayam. Setelah tahlil dilanjutkan perjalanan kirap 3 gunungan hasil bumi dan palawija dari RW. IV menuju panggung acara di lapangan Ngimbrang.

Ketua panitia Merti Desa Yurianto mengemas kegiatan ini melibatkan seluruh tokoh masyarakat setempat, didukung Kepala Desa dan Muspika Bulu sehingga melahirkan sebuah kemeriahan sebagai bentuk syukur atas melim,pahnya hasil bumi yang di alami masyarakat desa Ngimbrang.

Konsep awalnya adalag melestarikan budaya tradisi dan menghormati leluhur, cikal bakal masyarakat Ngimbrang yaitu Kyai Ajisoko dan Nyai Kerti yang disemayamkan di makam Jaro. 


Selain itu juga dimaksud untuk menjaga persatuan dan kesatuan warga dengan cara menjadikan satu kegiatan sadranan dimeriahkan dengan pentas seni secara terpisah. 
Dengan disatukannya kegiatan ini maka pusat seni budaya di lapangan desa menjadi lebih meriah dan kerukunan antar warga juga semakin erat terjalin.


Kepala desa Ngimbrang Haryono mendukung penuh semangat warganya dengan ikut perjalanan kirap 3 gunungan bersama Camat Bulu dan Muspika yang diiring para nayogo, pradonggo, dhayang-dhayang dan sesepuh desa mengawal gunungan menuju lapangan. 

Haryono menjelaskan, Kirap Adat Budaya Merti Desa ini sebagai bentuk rasa hormat serta mengirimkan doa melalui tahlil Qubra sekaligus wujud syukur kepada Tuhan YME. Melalui even seperti ini diharapkan kerukunan warga semakin rekat dan melekat menjadi jalinan silatulrahmi yang utuh.

Dalam memeriahkan Merti Desa ini pada sore harinya  juga digelar berbagai kesenian yang dipersiapkan masing-masing dusun dan diberikan waktu pentas 50 menit. Diantaranya seni topeng ireng, kuda lumping, aneka tarian tradisional, Dayakan, Seni alat perkusi, Gedrug dan leak.

Iswadi, warga desa Ngimbrang mengatakan, sadranan sudah dipersiapkan baik secara fisik maupun niatan hati nurani karena ini perlu dilestarikan. Beberapa properti yang sudah disadari sebagai kewajiban untuk ambengan bersama adalah nasi bucu, aneka masakanan sayur, ingkung dari ayam jago, telur ayam, buah-buahan dan aneka olahan hasil bumi Desa Ngimbrang. 

Menurut Iswadi , makan bersama atau kenduri  seluruh warga di satu tempat ini sudah dilakukan para pendahulu atau nenek moyangnya sehingga perlu terus dilestarikan. –(Budhy HP)—

Senin, 22 April 2019

WORK SHOP SEKOLAH SIAGA KEPENDUDUKAN (SSK) BKKBN PROVINSI JAWA TENGAH 2019


SOSIALISASI PEDOMAN DAN MATERI SEKOLAH SIAGA KEPENDUDUKAN (SSK) BKKBN PROVINSI JAWA TENGAH 2019
Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah menggelar Work Shop dalam rangka Sosialisasi pedoman dan materi Sekolah Siaga Kependudukan di MG Setos Hotel Semarang akhir April 2019. Materi disampaikan oleh nara sumber dari Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah, Biro Pusat Statistik dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah. Peserta terdiri dari para Kepala Sekolah calon pelaksana program SSK di Kabupaten / Kota dan OPD Kependudukan Keluargta Berencana kabupaten / kota se Jawa Tengah. 
Acara dibuka Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah dilanjutkan penandatanganan Perjanjian Kerjasama (PKS) antara Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah tentang pelaksanaan SSK di Jawa Tengah. 
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah Wagino mengatakan, model SSK kerjasama BKKBN dengan Dinas Pendidikan ini di Indonesia baru dilaksanakan di Jawa Tengah. Atas inovasi ini sudah ada 15 negara yang berkeinginan studi banding pelaksanaan SSK ke Jawa tengah. 

Saat ini ada 3 beban mengatasi masalah isu kependudukan, yaitu jumlah balita terus meningkat, remaja rentan masalah narkoba nikah dini seks bebas, dan lansia yang perlu ditangani agar menjadi lansia tangguh.

 Upaya mengatasi masalah kependudukanjuga dilakukan melalui program Sekolah Siaga Kependudukan (SSK) yaitu sekolah yang mengintegrasikan pendidikan kependudukan dan keluarga berencana ke dalam beberapa mata pelajaran sebagai pengayaan materi pembelajaran.
Kabid Pendidikan SMA Bambang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Bambang Supriyanto menyampaikan peran Dinas Pendidikan diantaranya membuat rencana yang sistematis untuk mensosialisasikan kepada anak-anak didik tentang kependudukan melalui Pojok Kependudukan di Sekolah.

Di dalam sekolah berbasis SSK itu terdapat Pojok Kependudukan (Population Corner) yang didalamnya terdapat tabel, grafik, piramida penduduk, poster, buku-buku, pamflet, brosur-brosur, film-film program kependudukan, dan lain-lain.
Pojok Kependudukan dapat menjadi sumber belajar peserta didik untuk dapat memahami berbagai masalah dan isu kependudukan. Guru diharapkan mampu mengintegrasikan isu kependudukan tersebut ke dalam pembelajaran sesuai dengan Kurikulum pendidikan yang berlaku.
 SSK didefinisikan sebagai implementasi operasional pengendalian kependudukan dan keluarga berencana dengan program-program pendidikan secara terintegrasi. SSK dikelola oleh penyelenggara pendidikan melalui 

pemberdayaan sekolah serta memberikan kemudahan atau akses terhadap anak didik untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan khusus bidang kependudukan dan keluarga berencana. Di dalam pojok kependudukan selain masalah  pendidikan, juga sektor lainya.
Latar belakang pembentukan SSK ini tidak lepas dari upaya pemerintah dalam mensikapi akan datangnya era Bonus Demografi di Indonesia pada tahun 2020 - 2035. Pada era itu, jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) proporsinya lebih dari 50 persen dibandingkan dengan kelompok usia non produktif (0-14 tahun dan > 65 tahun).
 
Pada era ini harus disiapkan generasi yang berkualitas, agar tenaga kerja yang melimpah pada saat ini mampu membawa berkah bukan malah menjadi bencana. Kualitas kesehatannya yang masih rendah yang ditandai dengan tingginya angka kematian ibu dan bayi, serta banyaknya persoalan yang dihadapi remaja terkait dengan pergaulan bebas, pernikahan dini, penyalahgunaan napza dan sebagainya.
Tujuan program SSK adalah memupuk kesadaran siswa tentang kondisi kependudukan di wilayah tempat tinggal masing-masing siswa, menumbuhkan sikap bertanggung jawab dan perilaku adaptif berkaitan dengan dinamika kependudukan, mengembangkan sikap peduli kependudukan dalam pengambilan keputusan ketika kelak mereka menjadi dewasa dan meningkatkan kualitas peserta didik khususnya pada bidang kependudukan dan siap menghadapi tantangan yang cukup berat dimasa yang akan datang
Guna mencapai tujuan tersebut maka saat ini dikembangkan dan dipupuk 3 hal penting yaiyu : I aware, I Care dan I do
 (1) Saya Sadar (I aware) mengenai perkembangan jumlah penduduk dunia, kebutuhan dan ketersediaan air, pangan dan energi,
(2) Saya Peduli (I care) mengenai isu-isu kependudukan, serta
(3) Saya Melakukan (I do) mulai melakukan langkah-langkah aksi nyata melalui perilaku hidup berwawasan kependudukan.
Pelaksanaan SSK ini dimulai dengan pengintegrasian pendidikan kependudukan dan Keluarga Berencana ke dalam mata pelajaran yang relevan seperti Geografi, Sosiologi, Ekonomi, Biologi, Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Kesehatan, serta Bimbingan Konseling.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa didesign sedemikian rupa sehingga dapat mendorong siswa untuk aktif mengobservasi, mencari data, mengolah data, dan menganalisis data kependudukan dengan melaksanakan kunjungan langsung ke lapangan atau ke kantor-kantor yang menyediakan data kependudukan seperti Badan Pusat Statistik (BPS) atau Dinas kependudukan dan Catatan Sipil.

Sekolah juga perlu memberi kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan melakukan proses belajar mengajar bersama tenaga medis (bidan) sehingga permasalahan-permasalahan para siswi yang sering dirasakan sehari-hari dan kelak yang akan mereka hadapi dapat langsung dikonsultasikan dengan tenaga medis yang kompeten.

Kegiatan seperti ini harus dilanjutkan dengan optimalisasi bimbingan konseling bersama guru BK dan tenaga medis agar para siswa dapat berkonsultasi diluar jam pelajaran namun tetap berada di lingkungan sekolah. Dengan penyerapan materi tersebut kelak para siswa setelah dewasa dan berkeluarga mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan.

Program SSK ini selain dilaksanakan dalam ruang kelas di sekolah juga dilaksanakan dengan cara kunjungan para siswa ke posyandu, wawancara dengan ibu hamil dan nifas. Pertanyaan-pertanyaan telah disusun sebelumnya mengarah pada peningkatan pengetahuan ibu hamil dan ibu nifas, namun yang terpenting diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan para siswa tentang kehamilan, kelahiran, dan nifas.